FILKOM Tech Talks #7 menghadirkan tiga orang narasumber yang terdiri atas pra praktisi bidang Teknologi Informasi (TI) Indonesia (27/11/2020). Mereka adalah Letkol Laut (E) Bronto Widodo, S.T. dari Kodiklat TNI AL Indonesia, Ir. Yogi Triharso, S.T., MBA. dari PT. Axiata Digital Analytics dan Christiyono Widya Poernama, S.T. dari PT. Wizurai Cipta Pratama. Adapun moderator pada kesempatan itu yang memandu jalannya acara adalah Tibyani, S.T., M.T.
Pada sesi pertama Letkol Laut (E) Bronto menyampaikan informasi tentang etika profesi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pembahasannya mencakup kode etik prajurit yang tertuang dalam sapta marga, sumpah prajurit dan delapan wajib TNI. Selain itu beliau juga menjelaskan tentang aplikasi senjata elektronik (senlek) di TNI Angkatan Laut (TNI AL) saat ini, pusat informasi tempur hingga sistem informasi di lingkungan TNI AL. Disampaikan oleh Letkol Laut (E) Bronto bahwa perkembangan teknologi yang cepat harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjadi pengawak organisasi TNI.
“Mencermati situasi dan kondisi saat ini peran para ahli yang berkualifikasi Teknologi Informatika sangatlah mutlak diperlukan di lingkungan TNI/TNI AL,” ungkap Letkol Laut (E) Bronto.
Pada sesi kedua Ir. Yogi menyampaikan materi tentang 10 Skills of 2025 for IT Engineers. Pembahasannya mencakup tentang digital transformation, human vs machine tasks performed, berbagai profesi yang naik dan turun permintaan kebutuhannya, profesi yang banyak dibutuhkan serta top 10 skills of 2025. Dijelaskan Ir. Yogi bahwa 10 skill yang akan sangat dibutuhkan hingga tahun 2025 meliputi analytical thinking and innovation; active learning and learning strategies; complex problem-solving; critical thinking and analysis; creativity, originality and initiative; leadership and social influence; technology use, monitoring and control; technology design and programming; resilience, stress tolerance and flexibility; serta reasoning, problem-solving and ideation.
Sementara itu pada sesi ketiga Christiyono berbagi pengetahuannya tentang ROS Robotics Projects for Technopreneurship. Paparannya mencakup gambaran umum tentang open source dan technopreneurs hingga bagaimana penerapan Robot Operating System (ROS) dalam technopreneurship. Dijelaskan oleh Christiyono bahwa opensource adalah software atau hardware yang diijinkan untuk diubah, diperbanyak dan disebar dengan leluasa.
“Sementara itu technopreneurs adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah bisnis yang dibangun berbasiskan teknologi. Jadi konsepnya mengintegrasikan teknologi, inovasi dan interpreneurship untuk menghasilkan barang atau jasa yang bernilai tinggi,” jelas Chritiyono. [dna]