Fakultas Ilmu Komputer UB, khususnya Jurusan Sistem Informasi menyelenggarakan kegiatan kuliah tamu dengan tema Perusahaan Rintisan Teknologi Keuangan Digital 3.5 pada hari Jum’at (30/4/2021) yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan dihadiri sekitar 70 partisipan. Pemateri dalam kegiatan kali ini adalah Adityas Kemal Fakhruddin M.Kom., MIM. beliau adalah Head of Product Non PDAM pada Bima Sakti Alterra dan dipandu oleh Buce Trias Hanggara, S.Kom., M.Kom sebagai moderator.
Acara Kuliah tamu ini diawali oleh sambutan dari Ketua Jurusan Sistem Informasi, Issa Arwani, S.Kom., M.Sc. Issa menyampaikan terima kasih kepada pemateri yang berkenan membagikan ilmu dan meluangkan waktunya dalam memberikan kuliah tamu di FILKOM. Issa juga menghimbau untuk para mahasiswa yang mengikuti kuliah tamu ini tetap semangat dan fokus dalam memahami materi yang diberikan walaupun sedang menjalankan ibadah puasa.
Perlu diketahui Bima Sakti Alterra merupakan salah satu unit bisnis (sister company) di Alterra yang berfokus kerjasama dengan pemerintah (business to government) sedangkan Alterra sendiri berfokus pada business to business. Alterra adalah perusahaan teknologi (start-up) yang berfokus memberikan solusi inovatif dalam layanan tagihan di Indonesia yang berdiri sebagai Sepulsa di tahun 2015 serta memiliki kantor cabang di Jakarta, Jambi, Malang dan Denpasar. Adityas Kemal Fahruddin M.Kom., MIM. selaku pemateri menyampaikan Alterra sudah bekerjasama sebagai penjembatan pembayaran di Tokopedia, Shoppe, Bukalapak serta pada Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia. Pengertian dari start-up sendiri menurut Kemal adalah sebuah small team yang memiliki motivasi sama untuk mengatasi masalah yang ada dengan bekerjasama dalam pembuatan teknologi serta berkembang bersama. Diperlukan adanya kerja keras, kegigihan, disipilin, keberanian, dalam membangun sebuah start-up agar dapat menjadi sukses dan perusahaan (company) sendiri bermula dari start-up.
Selanjutnya Kemal menjelaskan tentang Fintech (Financial Technologies), yaitu sebuah industri ekonomi baru yang terdiri dari perusahaan yang menggunakan teknologi seperti blockchain, machine learning, dan AI, untuk membuat layanan keuangan tengan tujuan lebih efisien, aman, dan transparan. Awal dari Fintech diprediksi sudah ada di tahun 1950 diperkenalkan oleh The Dinners’Club yang mengenalkan universal credit card, kemudian berkembang dengan berbagai terobosan baru dalam pengembangan Fintech itu sendiri seperti electronic trading, online banking, PayPal, Bitcoin, Google Pay, dan berbagai Fintech apps yang banyak muncul di era modern. Dapat dikatakan Fintech bertujuan mempermudah user dalam layanan finansialnya. Salah satu Fintech yang sedang ramai dan digemari oleh kaum milenial saat ini adalah Digital Investment, yaitu investasi dalam dunia digital. Investasi sudah beralih dan memasuki dunia digital, dimana seseorang sudah tidak perlu membeli rumah, tanah, emas dan menabung di bank untuk berinvestasi apalagi memerluka modal yang cukup besar. Digital Investment menawarkan bagi client agar dapat berinvestasi dengan modal kecil, seperti menanam saham dan dapat melakukan transaksi dimanapun dan kapanpun melalui pembayaran apapun seperti contoh melalui OVO, Dana, GoPay, Mobile Banking, dll. Selain Digital Investment, Fintech juga mencangkup Payment Gateway, Wallet, Crowdfunding, Cryptocurrency, P2P Lending, Digital Banking, Dibursement dan Billing Aggregator.
Kemal juga menambahkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia yang memahami Fintech sangatlah kecil, maka dari itu Fintech menjadi peluang yang besar dan menjajikan di Indonesia. Fintech juga sudah menjadi regulasi di Bank Indonesia (BI) dan menurut survei yang sudah dilakukan, 70% dari respondensi masih terbuka dan tertarik penerapan Fintech di Indonesia. Fintech dinilai sangat mudah digunakan sehingga semua orang dapat menggunakannya, apalagi dengan kondisi pandemi saat ini, Fintech sangat berkembang signifikan dan makin naik dari segi penggunaan karena banyak masyarakat yang berdiam diri di rumah menghabiskan waktunya melalui gadget dan transaksi online banyak dilakukan selama masa pandemi. Kemal mendukung kepada para mahasiswa FILKOM, jika ingin mendirikan start-up yang bergerak di bidang Fintech karena memiliki prospek yang baik dan feedback yang akan didapat cukup besar, tetapi juga membutuhkan persiapan yang matang dan jangan menyerah ketika menemukan sebuah masalah, pahami dan temukan solusi.(drn)